Rabu, 15 April 2009

Potret Islam Universal

Dapatkan juga buku ringan mengupas tradisi Islam yg diadopsi dari tradisi lokal

Selasa, 10 Maret 2009

Cover Nikah Dini & Nikah Friendly

NIKAH DINI Cetakan II

NIKAH DINI, Sunah Nabi Solusi Problematika Remaja Masa Kini
Tampilan Cetakan II : syauqipress

Dapatkan...


Penulis : Fadlolan Musyaffa` Mu`thi ,MA

NIKAH FRIENDLY, Solusi Halal Hindari Perzinahan

Nikah Friendly
Tampilan baru Cet II : syauqipress

Dapatkan...


Penulis : Fadlolan Musyaffa` Mu`thi ,MA

TELAH TERBIT


Dapatkan juga:
Potret Islam Universal
Penampilan Cetakan I : Syauqipress
Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA









ISLAM agama MUDAH
Versi Indonesia buku Al-Masyaqqah Tajlib at-Taisir
Penampilan Cetakan II : Syauqipress

Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA


Shalat Di Pesawat & Angkasa
Versi Indonesia buku Alshlah fi al-Hawa
Cetakan I : Syauqipress

Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA



Kebenaran Islam Dibalik Kitab Suci Lain
Cetakan I : Syauqipress
Dapatkan...

Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA





Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA


Islam Agama Mudah (Versi Arab)
Cetakan I : Syauqipress


Penulis : Dr. Fadlolan Musyaffa, Lc, MA

Profil Syauqipress


Profil Syauqipress

Mukadimah

Bismillâhirrahmânirrahim
Alhamdulillâhi Rabbil Alamin,
Allahumma Shalli alâ Sayyidinâ Muhammad, wa alâ Alihi wa Shahbihi Ajma’iin.

Dalam setiap masa Allah SWT selalu menurunkan utusan-Nya untuk da’wah menyerukan ke-Esaan dan kebenaran-Nya. Kehadiran Islam yang dibawa Rosululloh SAW telah kita yakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat berbagai petunjuk bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah amat ideal dan Agung. Islam mengajarkan hidup yang dinamis, progresif, menghargai akal fikiran melalui pengembangan IPTEK, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mengutamakan persaudaraan dan sikap-sikap positif lainnya. Gambaran ajaran Islam yang begitu ideal itu pernah dibuktikan dalam sejarah dan manfaatnya dirasakan ummat manusia di dunia.

Kenyatannya Islam dewasa ini menampilkan keadaan yang jauh dari ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan ummat Islam, seperti Sholat, Puasa, Zakat, Haji dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas membayar kewajiban dan menjadi lambang kesalehan. Fenomena ibadah/ajaran yang dilakukan ummat Islam tidak muncul dalam satu kesadaran kritis terhadap situasi aktual. Seolah Allah tidak hadir dalam problematik sosial kita, kendati nama-Nya semakin sering disebut dimana-mana. Pesan spiritual Islam menjadi mandeg, terkristal dalam kumpulan mitos dan ungkapan simbolis tanpa makna. Akibat dari kesalahpahaman memahami simbol-simbol keagamaan itu, maka Islam lebih dihayati sekedar penyelamatan individu dan bukan sebagai keberkahan sosial sebagaimana tersirat dalam ajran Al-Qur’an yang bersifat rahmatan lil’alamin hanya menjadi cita dan belum menjadi fakta.

Terjadinya kesenjangan ini disebabkan proses Islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai tingkatnya yang sempurna, sehingga ajaran Islam belum mampu menggantikan sepenuhnya kepercayaan-kepercayaan dan tradisi kultural lokal sebagai basis kehidupan sosial. Jika perkembangan sosial keagamaan berlanjut menurut arah ini, maka usaha intelektual yang sunguh-sungguh dengan pendekatan yang komprehensif/interdisipliner dalam menjelaskan dan mensistematisasikan berbagai aspek ajaran Islam mutlak perlu digalakkan agar Ummat Islam mempunyai kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah-masalah modern seperti kemiskinan, keterbelakangan ekonomi, pertambahan penduduk, pendidikan, perkembangan politik dan lain-lain.

Masyarakat yang “baldatun thayyibatun wa rabbul ghafur” sulit terwujud selama masyarakatnya sendiri tidak mempunyai keinginan untuk merubah diri, tidak mempunyai keberanian untuk menggalang kelompok dan enggan berjuang membuka pintu-pintu peluang dan menyingkirkan hambatan-hambatan yang merintanginya. Fenomena saat ini, bahwa nilai-nilai ajaran Islam luar biasa terpisah dari kehidupan ummat Islam, dan salah satu penyebabnya adalah krisis identitas sebagai Muslim. Hal ini akan berdampak mewarnai kondisi bangsa Indonesia yang kini kian terpuruk dalam krisis multi dimensional : krisis kepercayaan (amanah), krisis moral, krisis ekonomi, social politik dan budaya. Karena itu perlu ada strategi yang sistematis bagi para pemimpin agama, kiyai, da’i dan guru agama untuk menyerukan ajaran agama secara menyeluruh dengan basis pada ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunah yang bersifat Rahmatan lil ‘Alamin.

Dasar Pemikiran

Islam dibawa oleh para kaum sufi yang berdagang ke wilayah Indonesia sekitar abad 14 M (8 H). Para pedagang tersebut berasal dari India Yaman Persia, dan Mesir. Sebagian dari mereka, merupakan golongan dari Walisongo yang tersebar di beberapa belahan wilayah Indonesia. Dalam prakteknya, mereka menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia sesuai dengan kondisi sosio-kultural yang ada. Karena ajaran agama sebelumnya (Hindu dan Budha) sudah mendarahdaging dalam aktifitas keseharian mereka, maka metode dakwah yang diterapkan pun menyesuaikan dengan kultur yang ada.

Secara perlahan-lahan, metode persuasif yang dikembangkan dengan sangat cantik, bisa diterima oleh masyarakat. Bahkan tidak jarang, para Walisongo ini mengadopsi tradisi dan adat-istiadat Hindu dan Budha dan selanjutnya diakselerasikan dengan ajaran Islam. Dengan begitu maka masyarakat akan dengan mudah menerima kehadiran Islam.

Cara ini ternyata ampuh. Dengan sangat mengejutkan, banyak sekali masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong memeluk agama Islam.

Ketika para penjajah menduduki wilayah Indonesia sekitar 350 tahun, keadaan berubah. Mesipun tidak sedikit anggota masyarakat yang bisa diperalat oleh mereka, namun sebagian besar dari mereka memilih untuk tidak melakukan kompromi dengan penjajah. Terutama bagi mereka yang notabene baru mengenal Islam, tidak ada tempat pelarian bagi mereka kecuali melarikan diri ke daerah-daerah terpencil yang sekiranya tidak tertindas oleh para penjajah. Bahkan tidak jarang mereka yang melarikan diri ke gua-gua dan daerah pegunungan untuk menenangkan diri dan terus memperdalam keislaman mereka. Mereka telah antipati dan berkomitmen untuk tidak melakukan kompromi dalam bentuk apapun dengan penjajah.

Secara garis besar, ajaran yang dikembangkan Walisongo di tengah masyarakat merupakan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Meskipun demikian, aliran ini bukanlah satu-satunya aliran yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Ada aliran lain, misalnya Salafiyah. Ia mempunyai jumlah pengikut yang cukup signifikan dan secara terang-terangan melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Di sisi lain, mereka juga melakukan perlawanan ideologi menentang aliran Syafi'iyah dan Maturidiyah yang telah lebih dulu berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ajaran yang dijadikan mainstream oleh masing-masing kelompok yang ada.

Secara umum, Salafiyah mempunyai perbedaan yang cukup prinsip dengan Ahlussunnah wal Jamaah, di antaranya tentang tasauf, kecintaan kepada Ahli Bait, fadzâilul 'a'mâl (amalan-amalan yang utama) dan sebagainya. Kedatangan Wahabiyah juga memberikan warna baru bagi dunia keislaman di Indonesia. Mereka melakukan transformasi atas madzhab Hambali dalam Ilmu Fikih dan Taimiyah dalam Ilmu Tauhid.

Salafiyah Kontemporer –pada kurun berikutnya- membawa mainstream berpikir yang diusung oleh Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridho, dengan semangat pembaharuannya yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak bermadzhab, baik dalam masalah Fikih atau Tauhid.

Inilah perang ideologi yang terjadi di dalam tubuh kaum muslimin di Indonesia pada dekade awal. Meski demikian, mereka bersatu untuk mengerahkan kekuatan yang ada melawan kependudukan penjajah yang hendak menguasai bumi Indonesia. Sampai akhirnya, jatuhlah kemenangan ke tangan Indonesia, yang ditandai dengan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno.

Dalam perkembangannya, 'perang ideologi' dalam tubuh umat Islam terus berkepanjangan. Hal ini berangkat dari perbedaan madzhab berikut dengan mainstream yang ada. Sampai akhirnya, lahirlah 3 Organisasi Masyarakat (Ormas) terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (Organisasi Masyarakat dengan jumlah konstituen lebih kurang 80 juta jiwa. Organisasi ini lahir dan berkembang dari tradisi-tradisi masyarakat dan pondok-pondok pesantren) dan masyarakat pedesaan. Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama. Ia mempunyai konstituen sekitar 30 juta jiwa. Berbeda dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah lahir dan berkembang dari lembaga-lembaga pendidikan modern dengan basis birokrat. Yang ketiga Persatuan Islam, yang awal mulanya merupakan perkumpulan para Kaum Wahabi yang ada di Indonesia yang infrastrukturnya tertata dengan baik dan telah mempunyai beberapa cabang di kota-kota besar.

Meskipun dalam beberapa hal ketiga Ormas ini berbeda, namun mereka bisa berkompetisi secara aktif dan positif. Hal itu tidak sampai berimbas kepada persoalan serius, meskipun di kampung, perbedaan tiga aliran dari Ormas ini masih menjadi permasalahan serius.

Sebagian besar dari anggota masyarakat di pedesaan, menganggap perbedaan ketiga aliran ini seolah-olah menjadi perbedaan ideologi yang harus diberi sekat. Namun, perlahan-lahan hal itu bisa tereliminir seiring dengan berkembangnya pola berpikir masyarakat yang sudah tersistematis dengan sangat baik. Justru perbedaan ini –secara tidak langsung- memberikan pelajaran bahwa agama Islam sangat warna-warni. Hal ini menunjukkan bahwa sesama muslim –sekalipun berbeda aliran- dituntut untuk bisa saling menerima perbedaan. Oleh karenanya dialog antar Ormas mutlak diperlukan dengan tujuan untuk mengkomunikasikan persoalan global kepada segenap elemen secara merata.

Visi dan Misi

Syauqi Press, mengedepankan visi Islam Kaafah, yaitu sepirit darai ayat Alqur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً (البقرة : 208

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman : Masuklah pada Islam yang luas dan sempurna”.(Albaqarah: 208). Tidak hanya parsial, dan bahkan hanya mengadopsi ajaran Islam yang sesuai dengan sepirit kelompok tertentu.

Syauqi Press, mengutamakan ajaran yang tawasuth, sederhana yang sesuai kemampuan masyarakat Indonesia, yang diambil dari sepirit ayat Alquran :

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ (البقرة : 286)

"Allah Swt tidak akan memberikan beban apapun kepada hamba-Nya, kecuali (beban) itu masih dalam batas kemampuannya. Manusia akan mendapat pahala dari amal kebajikannya dan siksa dari amal kejahatannya. Ya Allah, janganlah Engkau menghukum kami, ketika kami terlupa atau salah. Ya Allah, janganlah Engkau membebani kami dengan sesuatu yang berat sebagaimana engkau berikan (hal itu) kepada kaum sebelum kami. Ya Allah, janganlah Engkau pikulkan kami dengan sesuatu yang tidak kami mampu" (QS. Al-Baqarah: 286)

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ (الحج: 78)
"Dan tidaklah (Allah) menjadikan sesuatu yang sulit dalam agamamu" (QS. Al-Hajj: 78)

Toleransi dan kemudahan keberagamaan bahkan menjadi prioritas. Karenanya Allah Swt tidak memberikan beban kepada hamba-Nya, kecuali masih dalam batas kemampuannya.

Dalam riwayat Imam Bukhori RA:

وما خير بين شيئين إلا اختار أيسرهما ما لم يكن إثما (أخرجه بخاري)
Artinya: “Dan (Rasul) tidak akan memilih di antara 2 (dua) hal, kecuali (ia) memilih (hal) yang paling mudah selama tidak mengakibatkan dosa”. (HR. Bukhori)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الدين يسر ولن يشادَّ الدينَ أحدٌ إلا غلبه، فسدِّدوا وقارِبوا وابشروا (أخرجه البخاري، الحديث : 39).
Artinya: Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Islam adalah agama yang mudah. Dan hendaknya seseorang tidak membuat sulit dalam beragama. Maka tunaikanlah (itu) dan berilah kabar gembira (kepada mereka) (HR. Bukhori : 39)

Sebagaimana pesan Rasulullah Saw kepada Muadz bin Jabal sebelum ke Yaman:

يسروا ولا تعسروا، بشروا ولا تنفروا، وتطاوعا ولا تختلفا (أخرجه البخاري، الحديث : 69 ، ومسلم :1733).
Artinya: “Mudahkanlah (cara beragama) dan janganlah mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan (kamu) takut-takuti (mereka), bersatulah dan jangan bercerai-berai” (HR. Bukhori: 69 dan Muslim: 1733).
Beberapa hadits lain yang menguatkan kaidah ini.

إنما بعثتم ميسرين،ولم تبعثوا معسرين (أخرجه البخاري، الحديث:220).
Artinya:"Sesungguhnya kalian diperintahkan untuk selalu mempermudah dalam beragama. Dan kalian tidak diperintah untuk mempersulitnya" (HR. Imam Bukhori : 220).

يسروا ولا تعسروا، وبشروا ولا تنفروا (أخرجه البخاري : الحديث : 69 )، ومسلم : 1733 ).
Artinya: "Mudahkanlah (cara beragama) dan janganlah mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan (kamu) takut-takuti (mereka)". (HR. Imam Muslim)
Dari sini misi Syauqi Press, adalah menegakkan ayat-ayat Allah dan petunjuk hadis tersebut demi terlaksananya ajaran Islam yang universal dan tidak menjadikan belenggu bagi pemeluknya, atau bahkan berlari dari ajaran tersebut, karena berat dan tidak mampu. Atau bahkan takut dan enggan memeluknya, akibat tekanan dan penyampaian yang memberatkan serta menakutkan dari da’i atau penyeru agama.

Sifat dan Tujuan

CV. Syauqi bersifat individual yang bergerak dalam bidang penerbitan buku-buku keislaman yang dikelola oleh Syauqi Press. Dan perdagangan barang-barang khas timur tengah, sebagaimana kristal asfur, kertas fafirus, kiswah, karpet lantai dan hiyas dll yang sudah di pasarkan pada showroom buku di dua alamat Pondok Pesantren Langitan, Tuban dan Pucang Gading, Semarang.
Syauqi Press, bertujuan ingin ikut andil dalam memebrikan kontribusi pola pemikiran di dalam negeri. Yang mana banyak pemikiran yang terkadang diadopsi dari Arab atau Timur Tengah pada umumnya, lalu hendak diterapkan langsung sebagaimana yang ada di Arab.
Dari sini, maka kami mencoba mentransformasi khazanah Islam Arab pada kontek ke-Indonesiaan, yang mana budaya dan geografis jauh berbeda dengan bangsa Arab. Maka mencari solusi dan alternative sebagai upaya tasamuh (toleran) dalam beragama adalah satu langkah yang setrategis dan perlu segera kita lakukan, yang juga menjadi kewajiban bagi setiap da’i dan pemimpin masyarakat.

Sasaran dan Target

Kami Akan berusaha untuk menerbitkan buku-buku karya kami, dan para intelektual moderat muslim yang memiliki kapabelitas dalam menggali khazanah Islam Arab, sebagai langkah awal, dengan harapan buku-buku tersebut bisa di baca oleh setiap generasi muslim yang melek dan peduli akan ajaran agama yang universal. Sebagai target minimal, setidaknya kemasan Islam moderat yang mencerminkan Islam universal akan di mengerti oleh generasi muslim Indonesia secara luas, tidak hanya pada kalangan intelektual, tetapi juga pada tataran masyarakat umum.
Sedangkan target maksimal adalah, terciptanya aplikasi Islam moderat pada praktik kehidupan beragama meliputi aspek berakidah, beribadah dan bermuamalah atas sesama manusia. Sehingga tiada kesulitan bagi pemeluk agama Islam dalam melakukan kepatuhan kepada sang pencipta (hablun mina Allah), dan berinteraksi dengan manusia dan alam lingkungannya (hablun niman nas).

Personalia :

Owner :
Fadlolan Musyaffa’, MA

Presdir :
Ghufron Musyaffa’, SHI

Accounting:
Widya Cahyaningtyas

Public Relation:
Anjar Maya Dewi
Tri Siwi Andiyanti

Distributor:
Nur Cahyo
Nur Wahyu Agustina

Staf Ahli :
Eko Prayudi
M. Lubis
Faizin Akbar
Husnul Marom
Anas Mubarrok
Bukhori
Rendra Nursyahid